Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

SEJARAH DAN TEORI SEL

A. Sejarah dan Teori Sel
Biologi sel atau sitologi merupakan sains biologi yang mempelajari tentang sel. Adapun bagian yang dipelajari tersebut meliputi morfologi, biokimia, sitokimia, fisiologi dan sifat-sifat genetiknya.

1. Sejarah Sel
Studi mengenai biologi sel tidak dapat dipisahkan dari penemuan mikroskop. Permulaan biologi sel dapat dikatakan pada abad ke-15 ketika da Vinci pada tahun 1485 menggunakan lensa untuk melihat objek-objek kecil. Mikroskop sederhana telah diciptakan oleh Galileo pada tahun 1610. KOmponen/ susunan mikroskop pertama telah dibuat oleh Robert Hooke (1665). Dia mengamati sayatan tipis gabus di bawah mikroskop, yang ternyata bahwa gabus tersebut disusun oleh bagian-bagian yang menyerupai kotak. Kotak-kotak tersebut selanjutnya dinamakan sel (Latin, cella=rongga yang kosong). Antoni V Leeuwenhoek (1723), membuat mikroskop sederhana dan mempelajari struktur bakteri, protozoa, spermatozoa, sel darahdan sebagainya.
Pada abad ke-19 sel-sel telah diamati secara ekstensif dengan menggunakan mikroskop. Pada awal abad ke-19 ini telah diketahui bahwa seluruh organ binatang disusun oleh jaringan-jaingan seperto otot, tulang keras, tulang rawan dan lemak.
Demikian pula batang, akar, daun dan organ-organ lain pada tumbuhan tinggi disusun oleh jaringan yang berbeda. Pada tahun 1824, orang Inggris, H.J.Deutrochet menyatakan “bahwa seluruh jaringan-jaringan organic, sesungguhnya adalah sel-sel bulat kecil yang tampak disatukan hanya oleh kekuatan adesif sederhana, dengan demikian seluruh jaringan tumbuhan dan binatang sesungguhnya merupakan jaringan-jaringan sel yang mengalami bermacam-macam modifikasi”.
2. Teori Sel
Tahun 1838, seorang ahli botani bangsa Jerman bernama M. I. Schleiden mempelajari sel-sel tumbuhan. Ia menyatakan bahwa “sel adalah organisme, dan seluruh binatang maupun tumbuhan merupakan kesatuan dari organisme tersebut yang tersusun menurut hokum-hukum atau aturan-aturan tertentu”.
Tahun 1839, seorang ahli zoology bangsa Jerman lainnya yang bernama T. Schwann menyatakan “kami telah melihat bahwa seluruh organisme disusun oleh bagian-bagian tertentu yang disebut sel”. Kedua pendapat tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk membuat teori sel.
Teori sel mengatakan bahwa seluruh makhluk hidup dari mulai yang palingsederhana yaitu organisme bersel satu sampai kepada tumbuhan atau binatang yang berderajat tinggi disusun oleh sel, dan tiap-tiap sel dapat berperan secara bebas tetapi merupakan bagian integral dari organisme secara keseluruhan.
Teori sel ini walaupun telah diterima dan dapat menjelaskan teka-teki biologi, tetapi tetap tidak lepas dari kesalahan. Sebagai contoh Schwann mempercayai bahwa sel dapat dihasilkan secara spontan melalui proses analog dengan proses pembentukan kristal. Tetapi studi tentang perkembangan embrio bahwa selama pertumbuhannya, sel-sel mengalami duplikasi sendiri mel;alui pembelahan sel.
Pengamatan ini selanjutnya disimpulkan oleh Rudolf Virchow yang menyatakan bahwa “adanya suatu sel harus berasal dari sel yang ada sebelumnya, sama seperti binatang yang hanya akan ada dari binatang sebelumnya dan tumbuhan hanya berasal dari tumbuhan sebelumnya”, dalam kata lain adanya sel tidak secara spontan.
Tigapuluh tahun berikutnya ahli-ahli sitologi seperti Remak, Henle, Purkinje, Von Mohl, Max Schultze dan Nageli memperbaiki bermacam-macam kesalahan dari teori sel tersebut.
Apakah teori sel ini berlaku bagi semua organisme hidup? Berbagai penyelidikan sitologi ternyata menunjukkan bahwa ada makhluk hidup yang tubuhnya tidak disusun oleh sel yang sesungguhnya (true cell).
Sel yang sesungguhnya didefinisikan sebagai kumpulan dari protoplasma yang memiliki inti dan dibatasi oleh selaput plasma.
Virus merupakan makhluk hidup yang tidak memiliki protoplasma dan inti, tetapi ia hanya memiliki DNA atau RNA sebagai materi genetic. Bakteri dan ganggang biru juga tidak memiliki sel yang sesungguhnya. Pada bakteri dan ganggang biru, materi-materi intinya tidak diikat atau dibatasi oleh selaput inti. Oleh karena itu materi inti tersebut secara langsung berhubungan dengan sitoplasma. Lebih jauh lagi, ganggang tertentu seperti Vaucheria dan fungi tertentu seperti Rhizopus tidak dapat dijelaskan melalui teori sel karena tubuhnya tidak mempunyai sekat sel memiliki banyak inti yang tersebar. Contoh-contoh ini merupakan perkecualian dari teori sel.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar